Pelibatan Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT) dalam proses seleksi calon pimpinan (capim) KPK sebagai langkah antisipasi menyikapi fenomena radikalisme di masyarakat. Apalagi ada sinyalemen dari Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Pane bahwa di internal KPK sekarang ini ada semacam kubu-kubuan dan pandangan yang terindikasi adanya paparan radikalisme. Juga terkesan seolah-olah ada negara di dalam negara.
"Kalau dari pimpinan KPK sendiri menyampaikan kondisi internal mereka tidak seheboh seperti yang diberitakan, bahwa ada riak-riak itu hal biasa saja. Tapi kami tetap menilainya sebagai sinyal yang perlu langkah antisipasi," kata Ketua Panitia Seleksi Capim KPK Yenti Garnasih kepada Tim Blak-blakan.
Panitia Seleksi, dia menegaskan, tak ingin sampai kecolongan bahwa calon pemimpin KPK yang dihasilkan kelak ternyata terpapar radikalisme. Karena itu BNPT akan diminta untuk membantu menelusuri rekam jejak para calon yang mendaftar. Begitupun pelibatan BNN sebagai upaya antisipasi kemungkinan ada calon yang memiliki kaitan atau bahkan membekingi kartel narkoba.
Sebagai pribadi ia menepis tudingan Koalisi Masyarakat Sipil bahwa dirinya tidak punya semangat pemberantasan korupsi. Yenti juga disebut cenderung lebih berpihak kepada polisi ketimbang KPK. Padahal sebagai ahli pidana pencucian uang, ia mengaku dirinya mengajar di banyak lembaga negara yang memiliki penyidik.
"Malah intensitas saya mengajar itu lebih banyak di Kejaksaan Agung. Saya ini Koordinator Widyaiswara di sana, tapi kenapa ditudingnya lebih dekat ke polisi? Ngawur dan sembarangan saja," kata perempuan kelahiran Sukabumi, 11 Januari 1959 itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panitia Seleksi, Yenti melanjutkan, sejak awal telah membangun kesadaran bahwa dalam memilih calon pemimpin KPK kali ini mereka tidak mencari manusia setengah dewa. Tapi mencari figur yang memahami betul tentang KPK, tentang pemberantasan dan pencegahan korupsi. Juga mencari figur yang memiliki jiwa kepemimpinan, berani dan tegas tapi bijaksana.
"Kami tidak mau lagi mencari orang setengah dewa-dewaan lah. Kami mau manusia biasa aja," ujarnya.
Dalam bayangan Yenti, desain KPK ke depan tak cuma gencar dalam memberantas korupsi tapi juga melakukan pencegahan dengan menyiapkan sistem yang baik. Pemimpin KPK ke depan juga diharapkan mampu menuntaskan berbagai kasus besar yang sudah lama menggantung.
Selengkapnya saksikan Blak blakan Yenti Garnasih, "Antisipasi Radikalisme di KPK," Rabu (19/6).